“Dukungan CInta: Perjuangan Kuliah di Tengah Keluargai”
Berita
  • 30 September 2024
    Oleh : faiz 267 Views

    Lingkungan kerja yang dipenuhi banyak karakter manusia di dalamnya membuat saya, sebut saja "Jay", mulai berpikir tentang bagaimana cara menghadapi hidup ini. Dalam ruang lingkup kantor yang bergerak di bidang jasa transportasi (PT Kereta Api Indonesia), kita dituntut untuk terus berkembang dalam segala aspek. Salah satu aspek yang paling berpengaruh adalah digitalisasi.

    Di sisi lain, sebagai seorang pegawai, saya harus memberi makan tiga orang yang sudah saya jalani sebagai kepala keluarga saat ini (istri dan dua anak). Waktu, keuangan, dan profesionalitas harus seimbang agar semuanya dapat dihadapi tanpa kekurangan suatu apapun. Oleh karena itu, ijin, restu, dan dukungan dari seseorang yang sangat penting dalam hidup saya, selain Kepala Unit (KUPT) Crew Masinis, menjadi bagian yang tak terpisahkan. Karena ke depan, dukungannya akan sangat mempengaruhi jalan yang akan saya tempuh nanti. Dalam sebuah percakapan dan ide yang lama sudah ada dan belum terealisasi.


    Tuuuuuuttttttt-Tuuuuuuttttt

    Saya: “Assalamualaikum, Bubun” (Panggilan sayang istri lewat percakapan telepon video call WA karena istri masih liburan sekolah bersama anak-anak di desa)

    Bubun: “Wa’alaikumsalam. Bagaimana, Papah ku? Sedang apa?” (Sambil mencari gambar saya karena sinyal di desa)

    Saya: “Sedang mainan HP dan telp Bubun terlove-love” (Sambil menjulurkan lidah dan gambar sudah keluar walau agak kurang jelas)

    Bubun: “Haiyah” (Nada sedikit marah tapi sebenarnya kangen) “Papapapah” (Anak ke-2 saya yang baru berumur 4 tahun)

    Saya: “Dedek, wuuuaaaaa... Dedek lagi apa?”

    Bubun: “Lagi mainan Papah...”

    Bubun: “Papah sudah makan?”

    Saya: “Sudah, Bun. Bun, aku mau minta pendapat.”

    Bubun: “Pendapat apa?” (Muka bingung karena tanya seperti itu)

    Saya: “Gimana kalau aku kuliah, Bun? Karena aku pikir di era sekarang, kalau aku begini-gini saja sepertinya tidak ada sesuatu yang bisa dinilai dari diriku ini, apalagi untuk melangkah ke jenjang karier.” (Langsung tanya ke inti, agar bisa tahu jawabannya)

    Bubun: “Bener mau kuliah? Bisa bagi waktunya, keuangan, kerjaan, rumah, kasih sayang anak? Lagian, Dedek juga saatnya masuk PAUD lho.” (Sambil mendekatkan muka di layar HP untuk lebih meyakinkan saya)

    Saya: “Yakin bisa, Bun. Insya Allah BISA.”

    Saya: “Karena ke depan itu tuntutan perusahaan juga pasti lebih berat, apalagi sekarang sudah memasuki era digitalisasi. Dan sebagai penunjang karier Papah, namanya juga investasi, semoga saja Allah bisa menjawab rencana aku, Bun.” (Muka yakin dan sedikit memelas)

    Bubun: “Emang kalau mau kuliah, mau kuliah di mana dan ambil jurusan apa, Pah?”

    Saya: “Nah, kebetulan tadi Papah browsing di Google ada Universitas  STEKOM, dari marketing-nya menarik, kuliahnya menyenangkan, serta peringkat 1 PTS Jateng 2024.”

    Bubun: “Lah, per semesternya berapa?”

    Saya: “Bayarnya bisa dicicil per bulan, murah sekali kan?”

    Bubun: “Beneran, Pah?”



    Saya: “Iya, Papah juga sudah chat langsung sama Admin-nya, terus Papah juga sudah mengisi syarat yang harus dilengkapi dan Papah sudah bayar biaya registrasi dan lain-lain.” (Sambil senyum-senyum menjelaskan karena lebih baik minta maaf daripada minta izin)

    Bubun: “Hmmmmm... Kebiasaan...” (Muka kesel karena mungkin sering terjadi)

    Saya: “La bagaimana, Bun?”

    Bubun: (Dengan nada rendah dan meyakinkan saya) “Ya sudah kalau memang mau kuliah, toh Papah juga sudah daftar. Intinya Bubun hanya bisa kasih support tapi jangan lupa tetap waktu harus bisa dibagi. Jangan sampai kasih sayang berkurang, kerjaan berantakan, dan yang penting keuangan Papah yang bisa atur.”

    Bubun: “Dan satu lagi, jangan mengeluh capek bila libur kerja tidak ada kuliah, di ajak anak-anak holiday.”

    Saya: “ALHAMDULILLAH... Siap, Bubunku sayang. Nah, nanti di situ Bubun wajib ingatkan aku bila aku mulai agak kurang konsisten, baik bekerja, kuliah, ataupun dengan keluarga.” (Muka senang sekali karena dapat izin untuk kuliah)

    Bubun: “Papapah...” (Suara anak ke-2 saya) “Bun, Papah mau kuliah?” (Suara tanya dari anak ke-1 saya yang kelas 6, kebetulan ranking 2)

    Bubun: “Iya, doakan Papah ya Kak, biar Papah sukses selalu di mana pun dan kapan pun. Semua juga demi Bubun, Kakak, dan Dedek.”

    Saya: “AMIIN” (Muka tambah senang karena keluarga memberi dukungan penuh, jadi semangat kuliahnya)

    Bubun: “Eh, Pah, tadi belum dijawab, ambil jurusan apa?”

    Saya: “S1, Sistem Informasi, kelas karyawan, kuliah hari Sabtu.”

    Bubun: “Oke baik.”

    Percakapan ini menjadi titik awal perjalanan baru bagi saya. Dengan dukungan dan restu dari istri serta anak-anak, saya merasa lebih siap menghadapi tantangan kuliah di tengah kesibukan kerja dan tanggung jawab keluarga. Semoga semua rencana ini berjalan lancar, dan impian untuk mengembangkan diri dapat terwujud




    Hello!

    Click one of our representatives below to chat on WhatsApp or send us an email to [email protected]

    Support Syawaludin Subekti
    6281215484296
    Support Eko Haryono
    6285540431346
    Hello! Ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Hubungi kami ? 950